Pola Pembinaan

Home > Profil > Pola Pembinaan
Pola pembinaan yang digunakan dalam proses pendidikan dan pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Jihad Nanga Tepuai terbagi menjadi dua macam.

Pembinaan santri selama proses pembelajaran formal di kelas ditangani oleh Kepala-kepala Sekolah/Madrasah beserta jajarannya, yaitu kepala MTs, Kepala Madrasah Aliyah dan wakilnya, bagian pengajaran, Guru BP, dan seluruh staf pengajar.

Pembinaan lebih mengutamakan pencegahan agar anak didik tidak melakukan berbagai palanggaran, dari pada perbaikan setelah terjadinya pelanggaran yang mereka lakukan.

Pola pembinaan ini menuntut kepala-kepala madrasah/sekolah dan para guru proaktif terhadap peserta didik, agar pembinaan dapat mencapai hasil yang maksimal. Adapun pembinaan santri di luar jam belajar formal berada di bawah tanggung jawab bidang Kepondokan/ Pengasuhan dan seluruh Guru dan Pembina dalam (guru yang tinggal di asrama pesantren). 

Pembinaan ini waktunya lebih panjang, dan mekanismenya lebih rumit karena mencakup seluruh kehidupan santri, mulai dari keluar sekolah jam 13.30 siang sampai masuk kelas jam 07.00 pagi hari berikutnya.

Untuk memudahkan pembinaan para santri agar memperoleh hasil yang maksimal, maka pembinaan diklasifikasi menjadi beberapa katagori,

antara lain pembinaan dalam beribadah seperti salat berjamaah, membaca Al-Qur’an, pengontrolan belajar malam, pelajaran ekstrakurikuler, olah raga, muhadharah, disiplin bahasa, disiplin keluar asrama, dan displin kehidupan di dalam Pesantren dan sekitarnya.

Pembinaan di setiap kategorisasi di atas dilakukan oleh para pembina yang terdiri dari para Ustadz/Ustadzah bagian Kesantrian dan Kepondokan, dan juga dibantu oleh pengurus Organisasi Santri Al-Jihad yang disingkat ORSAL.

Unsur yang utama dalam pembinaan ini adalah uswah hasanah (tauladan yang baik) dari pembina. Para pembina, baik dari para Ustadz/ah maupun dari pengurus organisasi santri harus memberikan contoh yang baik kepada seluruh santri. Sebab seluruh kehidupan yang dilihat oleh santri, didengar dan dilakukan oleh mereka adalah pendidikan.

Apabila yang dilihat dan didengar oleh santri adalah hal-hal yang baik, maka akan tertanam dalam diri mereka pendidikan yang baik pula. Akan tetapi sebaliknya, jika yang dilihat dan didengar oleh santri adalah kehidupan yang negatif, yang jelek-jelek, maka akan tertanam dalam diri mereka hal-hal yang negatif pula.

Pembinaan santri selama proses pembelajaran formal di kelas ditangani oleh Kepala-kepala Sekolah/Madrasah beserta jajarannya, yaitu kepala MTs, Kepala Madrasah Aliyah dan wakilnya, bagian pengajaran, Guru BP, dan seluruh staf pengajar.

Pembinaan lebih mengutamakan pencegahan agar anak didik tidak melakukan berbagai palanggaran, dari pada perbaikan setelah terjadinya pelanggaran yang mereka lakukan.

Pola pembinaan ini menuntut kepala-kepala madrasah/sekolah dan para guru proaktif terhadap peserta didik, agar pembinaan dapat mencapai hasil yang maksimal. Adapun pembinaan santri di luar jam belajar formal berada di bawah tanggung jawab bidang Kepondokan/ Pengasuhan dan seluruh Guru dan Pembina dalam (guru yang tinggal di asrama pesantren). 

Pembinaan ini waktunya lebih panjang, dan mekanismenya lebih rumit karena mencakup seluruh kehidupan santri, mulai dari keluar sekolah jam 13.30 siang sampai masuk kelas jam 07.00 pagi hari berikutnya.

Untuk memudahkan pembinaan para santri agar memperoleh hasil yang maksimal, maka pembinaan diklasifikasi menjadi beberapa katagori,

antara lain pembinaan dalam beribadah seperti salat berjamaah, membaca Al-Qur’an, pengontrolan belajar malam, pelajaran ekstrakurikuler, olah raga, muhadharah, disiplin bahasa, disiplin keluar asrama, dan displin kehidupan di dalam Pesantren dan sekitarnya.

Pembinaan di setiap kategorisasi di atas dilakukan oleh para pembina yang terdiri dari para Ustadz/Ustadzah bagian Kesantrian dan Kepondokan, dan juga dibantu oleh pengurus Organisasi Santri Al-Jihad yang disingkat ORSAL.

Unsur yang utama dalam pembinaan ini adalah uswah hasanah (tauladan yang baik) dari pembina. Para pembina, baik dari para Ustadz/ah maupun dari pengurus organisasi santri harus memberikan contoh yang baik kepada seluruh santri. Sebab seluruh kehidupan yang dilihat oleh santri, didengar dan dilakukan oleh mereka adalah pendidikan.

Apabila yang dilihat dan didengar oleh santri adalah hal-hal yang baik, maka akan tertanam dalam diri mereka pendidikan yang baik pula. Akan tetapi sebaliknya, jika yang dilihat dan didengar oleh santri adalah kehidupan yang negatif, yang jelek-jelek, maka akan tertanam dalam diri mereka hal-hal yang negatif pula.

Dengan demikian, keberhasilan pendidikan para santri sangat tergantung kepada contoh dan tauladan yang diberikan oleh para Ustadz dan pembina, yang akan memiliki dampak yang cukup besar dalam proses pembentukan kepribadian para santri.